Saya bukan seorang perokok, tetapi saya mempunyai hubungan batin yang sangat dekat dengan rokok. Setiap kali melihat orang merokok, ingatan saya langsung terseret pada kehidupan para petani tembakau di kampung saya, Temanggung, Jawa Tengah.
Saya mempunyai banyak keluarga, termasuk bapak, yang kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari tembakau. Pagi, siang dan malam yang diurus tembakau.
Temanggung, kota yang terletak di lereng gunung Sumbing dan Sindoro, adalah penghasil tembakau terbaik untuk industri rokok di Indonesia. Bahan inti dari semua rokok kretek di Indonesia adalah tembakau dari daerah ini.
Setiap tahun, para petani di daerah ini selalu menanam dan mengolah tembakau. Tembakau biasanya ditanam pada bulan Maret dan dipanen beberapa kali hingga bulan September.
Petani tembakau di Temanggung biasanya dibedakan menjadi dua, petani tegalan dan petani sawah. Petani tembakau tegalan adalah petani yang lahannya berada di lereng gunung Sumbing dan Sindoro. Lahan di wilayah ini tidak bisa ditanami dengan tanaman padi, karena berada di daerah lereng yang airnya sangat sedikit, sedangkan tanaman padi membutuhkan air dalam jumlah banyak. Lahan di wilayah ini adalah penghasil tembakau terbaik di Temanggung, yang sangat terkenal yaitu tembakau jenis Srintil.
Petani tembakau sawah adalah petani yang lahannya berada di dataran rendah. Mereka biasanya menanam tembakau dan padi secara berselang-seling. Hasil tembakau di lahan sawah kurang baik kualitasnya dibanding tembakau tegalan. Bapak termasuk petani tembakau sawah ini.
Masa panen tembakau adalah masa yang sangat dinanti. Itulah masa harap-harap cemas para petani. Apakah tanaman tembakau tahun ini baik atau tidak. Setelah itu, apakah mereka juga bisa mengolah dan mengeringkan tembakau dengan baik atau tidak.
Tanaman yang baik tidak otomatis menghasilkan tembakau yang baik karena para petani juga masih harus berjudi dengan cuaca, apakah sinar matahari bisa mengeringkan tembakau dalam sehari atau tidak. Jika tidak kering dalam sehari, maka harga tembakau otomatis akan jatuh karena bau, warna, rasa dan kualitas tidak akan seperti yang diharapkan.
Tanaman baik, cuaca juga baik itu pun tidak otomatis harganya akan membaik pula. Semuanya akhirnya tergantung pabrik rokok, apakah mereka mau membeli dengan harga baik atau tidak. Jika mereka membutuhkan stock tembakau dalam jumlah banyak, biasanya harga akan membaik. Jika stock mereka di gudang masih banyak dan pabrik hanya butuh sedikit tembakau maka harga biasanya kurang baik.
Secara umum, masa panen tembakau adalah rutinitas tahunan yang sangat dinanti oleh seluruh masyarakat Temanggung. Tidak hanya petani tembakau saja, tetapi juga para buruh tani, petik, rajang, tukang keranjang, pedagang, sektor angkutan, pegawai negeri, pengusaha jasa hiburan dan lain sebagainya. Pokoknya semuanya menikmati “berkah” tanaman yang mengandung nikotin ini.
Saat panen adalah saatnya uang beredar dalam jumlah banyak. Para petani tembakau bisa membeli barang-barang yang mereka mau, naik haji, melaksanakan hajatan pernikahan atau sunatan anak-anak mereka, mengundang grup dangdut terkenal atau menyelenggarakan kompetisi sepakbola antar klub. Pokoknya semuanya sangat semarak.
Saat-saat indah menanam tembakau dalam kehidupan saya pribadi sebenarnya sudah dimulai ketika bapak mulai mencangkuli bekas tanaman padi untuk dikeringkan dan siap ditanamai tembakau. Ketika itu, saya bersama teman-teman sebaya bisa menangkap belut dalam jumlah puluhan ekor.
Setelah lahan siap ditanam, saya biasanya diminta bapak untuk mengundang para tetangga untuk bergotong royong menanam tembakau pada hari yang telah ditentukan. Mereka tidak dibayar uang tunai, biasanya mereka hanya diberi sebungkus nasi gono, nasi yang lauk-pauknya dicampur saat memasak.
Setelah itu, masa perawatan, masa memanen, masa merajang tembakau, mengeringkan, menyaksikan tawar menawar dengan pedagang, mengantarkan tembakau ke gudang pabrik, masa bapak memberikan hadiah kesukaanku dari hasil panen dan lain sebagainya adalah masa yang sangat indah dan tidak mudah dilupakan. Masa ini kira-kira terjadi dua puluh lima tahun yang lalu.
***
Sekarang semuanya sudah berubah. Bapak sudah mulai sepuh, beliau sudah jarang menanam tembakau. Kalau toh menanam, tidak pernah diolah sendiri, biasanya dijual dalam bentuk pohon tembakau secara borongan di sawah. Untuk menanam tembakau, sekarang semua tenaga harus dihitung dengan duit, tidak ada lagi gotong royong seperti dulu.
Harga tembakau selama lebih dari lima belas tahun terakhir ini juga mengalami stagnasi bahkan cederung menurun nilainya, sementara biaya penanaman dan perawatan terus membubung tinggi. Tanaman tembakau di Temanggung kini tak lagi semenggairahkan di masa lalu.
Mengapa bisa terjadi seperti itu, apakah petani tidak bisa lagi menghasilkan tembakau yang baik ? Ataukah tingkat kesuburan tanah Temanggung sudah habis setelah dieksploitasi selama berpuluh-puluh tahun lamanya ? Bagaimana dengan pemerintah daerah, wakil rakyat dan pemerintah pusat, apakah kebijakan-kebijakan mereka telah memihak rakyat ? Bagaimana peran serta pabrik rokok untuk mengangkat derajat para petani ? Apakah semuanya sudah berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing ? Itulah beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh semua pihak yang berkompeten jika ingin tanaman tembakau di Temanggung kembali berjaya seperti yang pernah terjadi di masa lalu. Bisa nggak ya ?
*) alhamdulillah tulisan ini terpilih dalam 10 tulisan terbaik dalam lomba Blogger menulis Rokok
Widodo said,
14 Juli 2011 @ 16:44
Wah kalau bisa jualan tembakau mungkin Aku tidak merantaui ke kota Rendang ( WEST SUMATERA )
Aku sedari kecil, remaja, dewasa sudah bergelut dengan tembakau ” Aku anak mantan juragan Tembakau Era 75 s/d 92 di BuLu Temaggung tepatnya DEPOK Mondoretna.
jx kung said,
31 Maret 2013 @ 10:54
sya dr gilingsari,mas nya tgl dmn?apa bpk nya skrg msh sehat?