Wilayah rawan kekeringan
Temanggung selama ini dikenal sebagai kawasan yang sangat subur dan berhawa sejuk. Sejauh-jauh kita memandang, mata kita akan dimanjakan dengan berbagai pemandangan hijau yang indah dan menyejukkan mata.
Di luar itu, belum banyak orang yang tahu bahwa setiap kali musim kemarau tiba Temanggung juga mempunyai banyak wilayah yang rawan dengan kekeringan. Dari seluruh kecamatan di Temanggung yang jumlahnya 20, 14 di antaranya rawan dengan ancaman tersebut. Bahkan, dari tahun ke tahun bahaya kekeringan tersebut semakin parah seiring terjadinya penggundulan hutan dan eksploitasi tanah yang berlebihan di lereng-lereng Gunung Sindoro dan Sumbing.
Saat musim kemarau tiba, yang biasanya jatuh antara Mei sampai September, banyak penduduk di 14 kecamatan tersebut mengalami kesulitan mendapatkan air untuk keperluan mereka sehari-hari seperti untuk mandi, masak atau mencuci. Untuk mendapatkan seember air, kadang mereka harus rela melakukan perjalanan yang cukup jauh ke sumber-sumber air yang masih ada.
Pada saat seperti itu lahan-lahan pertanian yang ada juga tidak bisa ditanami. Tanah dibiarkan kering dan kadang menjadi retak-retak. Dalam keadaan seperti ini, para petani hanya bisa pasrah menunggu musim hujan tiba, ketika tanah-tanah menjadi basah dan siap diolah kembali. Tanaman seperti padi, jagung dan sayuran memang sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya.
Memang di beberapa tempat, terutama di daerah lereng Gunung Sindoro dan Sumbing, petani tembakau justru sangat mengharapkan bahwa hujan tidak turun pada bulan Agustus dan September. Saat itu mereka tengah mengolah tanaman tembakau menjadi tembakau kering. Hujan bagi mereka adalah momok yang sangat menakutkan. Hujan turun berarti kualitas tembakau jeblok karena mereka tidak bisa menjemur tembakau dan tembakau tidak akan kering dalam sehari. Otomatis harganya juga akan jatuh. Tetapi mereka juga tetap membutuhkan air untuk keperluan rumah tangga mereka.
Untuk mengatasi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, biasanya pemerintah mengirim puluhan truk tangki air ke tempat-tempat tersebut. Cara ini sebenarnya hanya cara pintas saja, belum menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Sementara itu, untuk mengatasi kebutuhan air untuk lahan pertanian, sampai saat ini masih belum ditemukan cara yang paling jitu untuk mengatasinya.
Embung sebagai salah satu terobosan
Salah satu terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (pemkab) Temanggung untuk mengatasi kekeringan air di wilayah tersebut adalah dengan membuat embung (waduk atau kolam) buatan.
Embung pertama yang telah dibangun letaknya di wilayah Kecamatan Kledung, sehingga namanya terkenal dengan sebutan Embung Kledung. Hingga akhir tahun 2013, pemkab berencana menyelesaikan pembangunan lima embung. Selain di Kledung, embung juga akan dibangun di Kandangan, Pringsurat, Tretep dan Wonoboyo. Pada tahap berikutnya, sembilan embung juga akan dibangun di kecamatan lain yang rawan dengan kekeringan.
Embung Kledung ini dibangun di atas lahan seluas kira-kira 4 hektar. Embungnya sendiri luasnya 83 meter x 83 meter, dengan kedalaman 3 meter. Pembangunan embung ini didanai dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) tahun 2010 dengan menghabiskan dana sekitar 1, 2 milyar rupiah.
Kini, air hujan di Kledung yang curahnya cukup tinggi akan ditampung di embung. Selama belum digunakan, air tersebut akan tetap akan tersimpan di tempat tersebut. Saat musim kemarau tiba, air tersebut akan dialirkan langsung ke lahan pertanian di sekitar embung melalui pipa pralon yang telah dipasang. Embung ini dapat mengairi lahan sekitar 20 hektar. Selain itu, air embung juga dapat dimanfaatkan penduduk setempat untuk keperluan sehari-hari.
Potensi lain
Dulu, sebelum embung dibangun, hanya tanaman tembakau yang bisa bertahan di musim kemarau di wilayah ini. Kini, petani setempat juga bisa menanam tanaman lain, bisa buah-buahan, sayuran, bunga atau tanaman lain yang punya nilai ekonomi lebih tinggi.
Untuk mengembangkan potensi tersebut, saat ini Pemkab Temanggung bekerja sama Yayasan Obor Tani Semarang, tengah menjajagi kemungkinan untuk mengembangkan agrobisnis di kawasan tersebut. Yayasan ini, dengan pola kemitraan dengan petani pemilik lahan, telah berhasil mengembangkan kebun buah Lengkeng Itoh di daerah Semarang.
Potensi lain yang juga tengah digarap adalah mengembangkan wilayah di sekitar embung menjadi tempat wisata. Kledung adalah tempat yang sangat indah dan letaknya sangat strategis untuk pengembangan wisata. Daerah ini dilalui jalan propinsi dengan jalur Semarang-Temanggung-Wonosobo-Purwokerto atau Jogjakarta-Magelang-Temanggung-Wonosobo-Purwokerto. Jalan tersebut merupakan jalan utama menuju tempat wisata yang sudah mendunia yaitu Dieng. Setiap harinya tidak kurang dari 700-1000 kendaraan melewati jalur tersebut.
Di kawasan ini juga terdapat kebun teh yang cukup luas yang pemandangan dan suasananya tidak kalah dengan kawasan Puncak di Jawa Barat. Seni tradisional juga hidup di daerah yang terkenal dengan hasil tembakaunya ini.
Pemkab Temanggung kelihatannya juga cukup serius mengembangkan potensi wisata di wilayah ini. Beberapa rencana yang telah dibuat untuk mengembangkan wisata di wilayah ini antara lain adalah pembangunan fasilitas kereta gantung di lereng utara Gunung Sumbing tepat di Kledung Pass, pembangunan hotel/restoran dengan sajian utama minum kopi sambil menikmati kesejukan udara dan keindahan alam di trading house Kledung.
Di bidang wisata agrobisnis, potensi yang akan dikembangkan antara lain pengembangan balai penelitian kentang dan agro industri kentang, pengembangan experience tourism saat musim tembakau tiba dan agrowisata Kledung Pass dengan penanaman strawbery, dan sayuran atau holtikultura.
Air dan Kehidupan yang lebih baik
Sebagai warga masyarakat yang dilahirkan di Temanggung dan kini berada di perantauan, saya tentu berharap semua rencana di atas dapat dilaksanakan dengan baik.
Dengan pembangunan embung ini, saya berharap masalah air bisa ditemukan solusinya, setelah itu lahan pertanian yang pada masa lalu selalu mengganggur pada musim kemarau dapat ditanami berbagai tanaman yang punya nilai ekonomi yang lebih baik. Selanjutnya, potensi wisata, baik wisata alam, budaya dan agrobisnis dapat dikembangkan dengan baik di wilayah ini.
Jika semua itu bisa berjalan dengan mulus, saya berharap masyarakat setempat lah yang pertama kali akan menikmatinya.
Ney Karo Vay said,
22 Maret 2013 @ 23:42
Menarik sekali,. mampir juga ke tulisan saya tentang Embung Kledung di http://neykarovay.blogspot.com/2012/12/embung-kledung-indah-dan-berdaya-guna.html
angkisland said,
6 September 2015 @ 11:41
wah mantap josh dah…
aldjo said,
11 Februari 2016 @ 08:25
angkisland
Terima kasih…